Aku bingung. Semakin ke sini, semuanya terlihat semakin hebat sekaligus kacau. Teknologi memang semakin mutakhir, tapi banyak yang malah menyalahgunakannya. Saking bergantungnya, tak segan orang-orang mengorbankan segalanya demi sesuatu yang berharga bagi mereka. Sesuatu, dan bukan seseorang. Miris sekali. Di balik pesatnya kemajuan teknologi, komunikasi, dan sekian banyak hal yang berhubungan dengan perkembangan zaman, perubahan pola pikir tidak bisa disembunyikan. Aku sering sekali merasakan, sesuatu yang tumbuh pada hati (atau, pikiran) orang-orang. Banyak yang menjadi semakin ‘lemah’, mudah sekali takut terhadap sesuatu. Berbagai pemikiran menyimpang juga mulai merambat ke mana-mana. Seperti akar sebuah tanaman yang terus tumbuh. Sayangnya, kebanyakan tanaman ini bukanlah tanaman yang baik. Akar mereka mengganggu pertumbuhan tanaman lain di sekitar mereka, bahkan mungkin menghalangi akar tumbuhan lain yang ingin tumbuh.
Albi sedikit bersenandung. Dinikmatinya semilir angin yang sejuk. Sinar matahari yang hanya tembus sebagian, memberikan cahaya yang cukup untuk bersantai sambil mencurahkan isi hati. Suara mobil dan motor yang saling balapan di kejauhan tidak mengganggu ketenangannya sendirian di bawah pohon besar yang berbentuk seperti payung ini. Walaupun memang masih belum lama tinggal di sini, tapi taman kota sudah mejadi tempat favorit Albi. Pohon besar yang ada di sini mengingatkannya pada daerah tempat asalnya.
Tapi, apa bedanya denganku? Aku juga selalu memiliki pemikiran yang menjalar kemana-mana. Belum tentu juga pemikiran-pemikiran anehku, teori-teoriku tentang kehidupan ini adalah hal yang baik. Tapi, aku kan ingin mengubah pemikiran orang-orang? Mengapa aku harus menahan diriku tumbuh? Aku akan membuat dunia mengerti apa yang kupikirkan.
Continue reading “[Oneshot] Trembesi” →